Metode-metode yang cocok digunakan dalam
pembelajaran sejarah
Dalam suatu pembelajaran, khususnya sejarah sangat
dibutuhkan metode pembelajaran yang tidak hanya monoton menekankan pada metode
pembelajaran yang hanya itu-itu saja yang dapat mebuat kejenuhan bagi peserta
didik. Maka dari itu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat memancing daya
kreatif dan keaktifan peserta didik dalam belajar
Metode yang cocok untuk pembelajaran sejarah adalah :
1. Problem Solving
Metode pemecahan masalah (problem solving)
adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima
tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan
penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:
Metode problem solving (metode pemecahan
masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode
berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang
dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Menurut N.Sudirman
(1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah
dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode pemecahan masalah
banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode
ini guru tidak memberikan informasi dulu tetapi informasi diperoleh siswa
setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari
masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran
berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan
masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban
yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa
diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan
pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem
solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa
pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan penyelidikan
otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka
menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.
Langkah-langkah
metode Problem Solving
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu
Tahap – Tahap
|
Kemampuan yang diperlukan
|
1) Merumuskan masalah
|
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
|
2) Menelaah masalah
|
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari
berbagai sudut
|
3) Merumuskan hipotesis
|
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative
penyelesaian
|
4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
|
Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk
diagram,gambar dan tabel
|
5) Pembuktian hipotesis
|
Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan
dan menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan
|
6) Menentukan pilihan penyelesaian
|
Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan
akibat yang terjadi pada setiap pilihan
|
Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan
melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut
(W.Gulo 2002 : 117):
1. Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan
tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa untuk merumuskan
masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain stroming). Tampunglah
setiap pendapat mereka dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan
tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b) Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari siswa yang
bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang
relevan. Dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase,
restate) perumusan – perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih
satu rumusan yang paling tepat dipakai oleh semua.
2. Mendiagnosis masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk
kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya
masalah
3. Merumuskan
Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang
cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara
berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi
4. Menentukan dan
menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana
yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan-
pertimbangan yang cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
5. Mengevaluasi
Keberhasilan Strategi
Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?
(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat
disimpulkan langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam
memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1.
Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan
mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis
dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan
pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk
bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.
4. Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan
menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang
diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif
pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.
Kelebihan
metode pembelajaran Problem Soving
1. dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati
kehidupan sehari-hari
2. dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
3. dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
secara kreatif
4. peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan
masalahnya.
5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
6. Berpikir dan bertindak kreatif.
7. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
8. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
9. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
10. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
11. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja.
Kekurangan
metode pembelajaran Problem Solving
1.
memerlukan cukup banyak waktu
2.
melibatkan lebih banyak orang
3.
dapat mengubah kebiasaan peserta
didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
4.
dapat diterapkan secara langsung
yaitu untuk memecahkan masalah
5.
Beberapa pokok bahasan sangat sulit
untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium
menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.
6.
Memerlukan alokasi waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
7.
Kesulitan yang mungkin dihadapi
2. Metode Debat
Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi padaberbagai kondisi, dapat disimpulkan bahwa debat
memiliki pengertiansebagai berikut:
a. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak
atau lebih,baik secara individual maupun kelompok dalam mendiskusikandan
memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan
hasil dari debat dapat dihasilkan melaluivoting atau keputusan juri
b. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih
yangberbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yanglain saling
menyerang (opositif).
c. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan.
Pesertanyakebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masing-masing
dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain danberkehendak agar peserta
lain menyetujui pendapatnya. Olehkarena itu, dalam debat terdapat unsur
pemaksaan kehendak.
d. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat
yangmengedepankan demokratik
e. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang
mempresentasikantentang argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkanargumen
dari lawan mereka.
Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa
harus mulai dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap
permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak
memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk
diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu keputusan
(biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak (kelompok Kontra), dan kubu
netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan tidak memilih pihak manapun.
Dengan pembelajaran metode debat, siswa dibentuk
menjadi hanya dua jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra.
Berikut ini adalah langkah-langkah metode pembelajaran debat:
1. Guru membagi siswa
menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.
2. Guru memberikan
tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas.
3. Setelah selesai
membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara
saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa
menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan
sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5. Guru menambahkan
konsep/ide yang belum terungkapkan.
6. Dari data-data yang
diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang
mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa
model debat mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti
Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.
Kelebihan metode
pembelajaran debat :
1) Memantapkan
pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2) Melatih siswa untuk
bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3) Melatih siswa untuk
berani mengemukakan pendapat
Kekurangan metode pembelajran debat:
1) Ketika menyampaikan
pendapat saling berebut.
2) Terjadi debat kusir
yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3) Siswa yang pandai
berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan
pasif.
2) Menghabiskan banyak
waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
3) Perlunya tema yang
mudah dipahami oleh siswa.
4) Tema haruslah dapat
diperdebatkan.
5) Perataan siswa
dalam kelompok terkadang tidak heterogen.
3. Metode Group Investigation
Group
Investigation merupakan salah satu bentuk
model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau
siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Metode Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Pengembangan belajar koorperatif GI
didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar disekolah menyangkut kawasan
dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan
penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut. Oleh karena itu, GI tidak dapat
diimplementasikan kedalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung
terjadinya diaolog interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi
sosial-afektif pembelajaran). Aspek sosial-afektif kelompok, pertukaran
intelektualnya, dan materi yang bermakna, merupakan sumber primer yang cukup
penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaksi
dan komunikasi yang bersifat kooperatif diantara siswa dalam satu kelas dapat
dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompk belajar
kecil.
Kesuksesan implementasi teknik koopertif
GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan
komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian
kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya,
bukan hanya sekadar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang
bersifat faktual (apa, siapa, di mana, atau sejenisnya)
Metode ini lebih menekankan pengembangan
kemampuan memecahkan permasalahan dalam suasana yang demokratis dimana
pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada siswa, tetapi diperoleh
melalui proses pemecahan masalah.
Langkah-langkah
peleksaan metode Group Investigation :
Sharan (dalam
Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model
pemelajaran GI sebagai berikut.
1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok
yang heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok yang harus dikerjakan.
3. Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk
memanggil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang
diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan
hasil pembahasannya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan
terhadap hasil pembahasannya.
7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila
terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
Sedangkan
menurut (Kiranawati (2007), Langkah-langkah
penerapan metode Group Investigation,
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa
memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)
yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan
kerjasama
Para siswa
bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah 1 diatas.
3. Implementasi
Para siswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di
dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan
sintesis
Para siswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
5. Penyajian
hasil akhir
Semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir
oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta
siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan
kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
Kelebihan Metode
Pembelajaran Group Investigation :
Setiawan
mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
1.
Secara Pribadi
· Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
· Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
· Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
· Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah
2.
Secara Sosial / Kelompok
· Meningkatkan belajar bekerja sama
· Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
· Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
· Belajar menghargai pendapat orang lain
· Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
Kekurangan metode
pembelajaran Group Investigation :
Sedikitnya materi
yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
· Sulitnya memberikan
penilaian secara personal
· Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI. Model pembelajran GI
cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami
suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
· Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
4. Metode Course Revie Horay (CRH)
Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay
adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak
yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran
(dalam Nur Malechah, 2011) Metode pembelajaran Course Review Horey merupakan
suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan
kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung
berteriak horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain
pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan strategi games
yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa akan berteriak ''horey''.
Pembelajaran Course Review Horay
aktifitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses
pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi,
fasilitatordanpembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan
membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk
belajar.
Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut :
· Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
· Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
· Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab.
· Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak
9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera
masing-masing siswa.
· Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis
jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan,
kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).
· Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertikal atau
horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya.
· Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay
yang diperoleh.
· Kesimpulan.
· Penutup.
Kelebihan Metode Course
Review Horay
1. Pembelajaran lebih menarik
Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH
siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh
guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya.
2. Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi
pembelajaran
Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu
games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan guru.
3. Pembelajaran tidak
monoton karena diselingi dengan hiburan atau game, dengan begitu siswa tidak
akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa
yang dijelaskan oleh guru.
4. Siswa lebih
semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan;
Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh
apabila metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu,
dengan menggunakan model pembelajaran course review horay (CRH) mampu
membangkitkan semangat belajar terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih
ingin bermain-main.
5. Adanya komunikasi dua arah
Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi
dengan baik, dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif
dan inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak
terjadi interaksi diantara guru dan siswa.
Kekurangan Metode Coure
Review Horay
1. Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan
Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak
mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu
kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang
tidak aktif.
2. Adanya peluang untuk berlaku curang
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya
dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan
per-kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan sangat
besar.
5. Karya Wisata
Metode study tour Study tour (karya
wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu
objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan
dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi
oleh pendidik.
Roestiyah (2001) bahwa Karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk
belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata,
ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat
atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan
sebagainya.
Metode karya wisata ialah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan
dipelajari di luar kelas. Karya= kerja, wisata= pergi Karyawisata = pergi
bekerja. Dalam hubungannya dengan
kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa
mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat
dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai
beberapa hari.
Metode karya wisata adalah suatu
metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan
siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan pesertadidik yang lain
serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Karyawisata
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat merangsang kreatifitas
siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah
sendiri informasi.
Tujuan Metode
Karya Wisata, yaitu :
1. Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya.
2. Dapat turut
menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya-jawab
3. Siswa bisa melihat,
mendengar, meneliti, dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat
mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa
mempelajari beberapa mata pelajaran.
Dalam
pembelajaran sejarah, metode karya wisata ini memliki beberapa tujuan, yaitu :
1.
Pengajaran dapat lebih merangsang
kreativitas anak terhadap pelajaran sejarah.
2.
Mengembangkan potensi
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
3.
Menanamkan pemahaman terhadap
nilai-nilai sejarah bangsa melalui study lapangan / study karyawisata, sehingga
siswa mampu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
4.
Karyawisata menerapkan prinsip
pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran
5.
Membuat bahan yang dipelajari di
sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di
masyarakat
Langkah-langkah metode
karya wisata :
Agar penggunaan teknik karya wisata
dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Persiapan
Dalam merencanakan tujuan karya
wisata, guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas,
mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan
dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak,
membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok,
serta mengirim utusanUntuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah
bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke obyek yang dituju. Dalam kunjungan
pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang
lokasi, aspek-aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan dan
biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh.
b.
Perencanaan
Hasil kunjungan pendahuluan (survei)
dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan
karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan
tujuan, jenis objek serta jumlah siswa.
1) Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap
kelompok/seksi.
2) Menentukan metode mengumpulkan
data, mungkin berwujud wawancara, pengamatan langsung,
dokumentasi.
3) Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung.
Kepada para siswa
harus ditanamkan disiplin
dalam mentaati jadwal
yang telah
direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana.
direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana.
4) Mengurus perizinan.
5) Menentukan biaya,
penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan.
c.
Pelaksanaan
Siswa melaksanakan tugas sesuai
dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru
mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang
mentaati tata tertib sesuai acara. Pemimpin rombongan mengatur segalanya
dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan
bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas
kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu.
d.
Pembuatan Laporan
Akhir karya wisata, pada waktu itu
siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun
laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindak lanjuti
hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model,
diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya. Hasil yang diperoleh dan kegiatan
karyawisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati
bersama.
Kelebihan Metode Karya
Wisata :
1.
Karyawisata menerapkan prinsip
pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2.
Membuat bahan yang dipelajari di
sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di
masyarakat.
3.
Pengajaran dapat lebih merangsang
kreativitas anak.
4.
Siswa dapat berpartisispasi dalam
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu,
serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak
mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan
bakat khusus atau ketrampilan mereka.
5.
Siswa dapat melihat berbagai kegiatan
para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara
langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
6.
Dalam kesempatan ini siswa dapat
bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala
persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran
teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.
7.
Dengan obyek yang ditinjau itu siswa
dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi,
yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Kekurangan
Metode Karya Wisata :
1.
Memerlukan persiapan yang melibatkan
banyak pihak.
2.
Memerlukan perencanaan dengan
persiapan yang matang.
3.
Dalam karyawisata sering unsur rekreasi
menjadi prioritas dari pada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
4.
Memerlukan pengawasan yang lebih
ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
5.
Biayanya cukup mahal.
6.
Memerlukan tanggung jawab guru dan
sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama
karyawisata jangka panjang dan jauh.
7.
Memakan waktu bila
lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan.
8.
Terkadang sulit untuk mendapat izin
dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi.
2.
6. 6. Metode Discovery (Penemuan)
“Metode pembelajaran Discovery adalah cara untuk
menyampaikan ide atau gagasan lewat penemuan” Roestiyah (2001: 20). Belajar merupakan proses mental di mana murid
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud
adalah mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur
dan membuat kesimpulan. Dalam teknik ini
murid dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan instruksi. Kata penemuan sebagai model mengajar
merupakan penemuan yang dilakukan oleh murid, murid menemukan sendiri sesuatu
hal yang baru, ini tidak berarti yang ditemukannya benar-benar baru, sebab
sudah diketahui orang lain.
Metode penemuan (discovey) merupakan komponen dari suatu bagian praktik pendidikan yang seringkali
diterjemahkan sebagai mengajar heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang
meliputi model-model yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan
murid yang lebih besar, berorientasi kepada proses, mengarahkan pada diri
sendiri, mencari sendiri dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan
belajar.
Dengan demikian, murid lebih banyak
melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan
dengan bimbingan maupun tanpa bimbinan guru. Model pembelajaran Discovery merupakan model mengajar yang
berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, murid
betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam model
pembelajaran Discovery adalah
pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih
masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh murid
sendiri.
Tugas berikutnya dari guru adalah
menyediakan sumber belajar bagi murid dalam rangka pemecahan masalah. Sudah
barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan terhadap
kegiatan murid dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Tujuan
Pembelajaran Discovery :
Tujuan pembelajaran Discovery menurut (Azhar 1991:
99) yaitu:
1) kemampuan
berfikir agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar (kritis, analisis
dan logis)
2) membina dan
mengembangkan sikap ingin lebih tahu
3) mengembangkan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
4) mengembangkan sikap, keterampilan
kepercayaan murid dalam memutuskan
sesuatu secara tepat dan obyektif.
Sebagai kesimpulan
dimana guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada
kelas, persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang
murid/problematikdan sesuai dengan nalar murid.
Pembelajaran
Discovery memungkinkan murid menemukan sendiri informasi-informasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional, ini kearah peran guru sebagi
pengelola interaksi belajar mengajar kelas, ditandai bahwa model penemuan tidak
terlepas dari adanya keterlibatan murid dalam interaksi belajar mengajar.
Langkah-langkah
pembelajaran discovery adalah
sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan siswa
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip,
pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan
3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas
4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi
siswa serta peranan masing-masing siswa
5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan
7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan
oleh siswa
9. memimpin analisis sendiri (self analysis)
dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah
10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa
11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Sedangkan menurut Syaiful (2003: 197)langkah pembelajaran discovery, yaitu:
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan murid
Perumusan masalah untuk dipecahkan murid merupakan
kegiatan belajar yang dilakukan guru
dengan memberikan pertanyaan yang
merangsang berfikir murid mengarah pada persiapan pemecahan masalah
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan
istilah hipotesis
Yaitu murid menetapkan hipotesis atau praduga jawaban
untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban)
3) Murid mencari informasi, data, fakta yang diperlukan
untuk menjawab permasalahan/hipotesis.
Secara spontan murid menjelajahi informasi atau data
untuk menguji praduga baik secara individu ataupun secara kelompok
melalui kegiatan.
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
Menarik kesimpulan yaitu murid menarik kesimpulan
jawaban melalui informasi yang diperoleh melalui kegiatan
5) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi
baru
Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi merupakan
penyajian hasil kesimpulan jawaban yang
diperoleh melalui kegiatan oleh wakil setiap kelompok melalui praktek didepan
kelas.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di
sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery.
Hal ini disebabkan karena metode ini:
(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
(2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka
hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan
siswa
(3) pengertian yang ditemukan
sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau
ditransfer dalam situasi lain
(4) dengan menggunakan
strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode
ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri
(5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang
dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Kelebihan
Metode Discovery :
Suryosubroto (2002:
200-201) mengemukakan beberapa kelebihan discovery diantaranya:
1) Membantu murid
mengembangkan memperbanyak kesiapan, serta pengusaan keterampilan dalam proses
kognitif pengenalan murid
2) murid memperoleh pengetahuan yang bersifat
sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh mendalam tertinggal dalam jiwa
murid tersebut
3) dapat
meningkatkan kegairahan belajar murid
4) teknik ini dapat
memberikan kesempatan kepada murid untuk dapat berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuanya masing-masing
5) mampu
mengarahkan cara murid belajar sehingga memiliki motivasi belajar yang sangat
kuat dan giat
6) membantu murid
untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
penemuan sendiri
7) strategi ini
lebih berpusat kepada murid tidak pada guru, guru sebagai teman dalam belajar
saja atau dengan kata lain guru hanya terlibat sebagai fasilitator dalam
pembelajaran membantu apabila diperlukan
8) membantu
perkembangkan murid menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran
akhir dan mutlak.
Beberapa
keunggulan metode penemuan (discovery) juga diungkapkan oleh Suherman, dkk
(2001: 179) sebagai berikut:
- siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
- siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
- menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;
- siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
- metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Kelemahan
Metode Discovery :
Menurut Roestiyah (2001: 21) disebutkan pula beberapa
kekurangan yang perlu diperhatikan dalam menerapkan discovery yaitu:
1) Pada siswa harus
ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini siswa harus berani
dan berkeinginan dan mengetahui keadaan sekitar dengan baik
2) Bila kelas terlalu
besar penggunaan tehnik ini akan kurang berhasil
3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa
dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila
diganti dengan teknik penemuan
4) Dengan teknik ini
ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingka proses
pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan pembentukan sikap dan
keterampilan bagi siswa,
5) Tehnik ini mungkin
tidak memberikan kesempatan untuk berfikir kreatif
Selain kelemahan metode discovery diatas, metode discovery (penemuan)
juga memiliki beberapa kelemahan lain, diantaranya membutuhkan waktu belajar
yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara
singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja
siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
7.
Metode Diskusi
Metode
pembelajaran diskusi merupakan proses pelibatan
dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar
pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah
sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan
metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Langkah-langkah
pelaksanaan metode diskusi :
Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan
langkah - langkah sebagai berikut :
a. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
- Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus
- Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
- Menetapkan masalah yang akan dibahas
- Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas - petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah :
- Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi
- Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan - aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
- Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya
- Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide - idenya
- Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus
c. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah
dilakuan hal - hal sebagai berikut :
- Membuat pokok - pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi
- Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya
Secara lebih terperinci
langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam mempersiapkan penerapan metode
diskusi, antara lain:
1. Para siswa dengan bimbingan guru mempersiapkan alat
atau sarana untuk melaksanakan diskusi.
2. Salah satu teknik penerapan diskusi adalah dengan cara
“panel”. Ditunjuk beberapa anak untuk menjadi panelis, memperagakan proses
tukar pendapat di depan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terpancing
untuk mengemukakan pendapat mereka. dan seterusnya.
3. Untuk lebih meningkatkan semangat para siswa, topic
yang didiskusikan bisa saja ditentukan dengan cara diundi. Sebelum tampil para
siswa yang memilih pertanyaan dalam kotak yang sama diminta berdiskusi sesama
temannya.
4. Pada akhir pertemuan guru dibantu para siswa memberi
kesimpulan atas jawaban berbagai pertanyaan yang ada. Pada intinya kesimpulan
juga mengakomodasi jawaban-jawaban dari siswa yang dianggap benar.
Contoh metode ini
adalah siswa melakukan diskusi pembelajaran tentang sejarah, seperti diskusi
tentang dinasti sanjaya dan juga dinasti syailendra. Semua siswa bisa ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran diskusi, semua siswa berhak untuk mengajukan
pendapatnya dalam proses diskusi.
Keunggulan
metode diskusi
- Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
- Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
- Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
- Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
- Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
- Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
- Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide - ide.
- Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
- Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Kelemahan
metode dikusi
- Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
- Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
- Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
- Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
- Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
- Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
8. Metode Ceramah
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal . Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok siswa.(Sanjaya,2009) sedangkan (Winarno Surahmad, M.Ed)mengemukakan
bahwa ceramah adalah
penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan
peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang
dikemukakan oleh guru.
Dalam metode ceramah ( lecture method) merupakan sebuah
cara pengajaran yang dilakukan oleh guru secara monolog dan hubungan satu arah
(one way communication), metode ini dipandang paling efektif dala mengatasi
kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya faham
siswa. Metode ini sampai sekarang masih sering digunakan. Guru biasanya belum
merasa puas jika tidak melakukan ceramah. Seolah-olah jika tidak ada ceramah
tidak ada proses pembelajaran.
Langkah-langkah
pelaksanaan metode ceramah :
a. Langkah Persiapan
Persiapan yang
dimaksud disini adalah enjelaskan kepada siswa tentang tujuan pelajaran dan
pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran tersebut. Disamping itu,
guru memperbanyak bahan appersepsi untuk membantu mereka memahami pelajaran
yang akan disajikan.
b. Langkah Penyajian
Pada tahap ini guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan
pokok-pokok masalah.
c. Langkah Generalisasi
Dalam hal ini unsur yang sama dan berlainan dihimpun untuk mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.
d. Langkah Aplikasi Penggunan
Pada langkah ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi
sehingga nyata makna kesimpulan itu.
Namun perlu
diketahui juga bahwa untuk menggunakan metode ceramah secara murni itu sukar,
maka dala pelaksanaannya perlu menaruh perhatian untuk mengkombinasikan dengan
teknik-teknik penyajian lain sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan
dapat berlangsung dengan intensif.
Kelemahan Metode Ceramah
1) Mudah menjadi verbalisme.
2) Yang visual
menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
3) Bila selalu
digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
4) Keberhasilan
metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
5) Menyebabkan siswa pasif
Kelebihan
Metode Ceramah
1) Guru
mudah menguasai kelas.
2) Mudah
mempersiapkan dan melaksanakannya.
3) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
4) Lebih ekonomis dalam hal waktu.
5) Memberi
kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
6) Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
7) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis,
dan penuh perhatian.
8) Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat
menstimulasikan dan meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang
akademik.
9) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
10) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
Dalam lingkungan pendidikan modern,
ceramah sebagai metode mengajar telah menjadi salah satu persoalan yang cukup
sering diperdebatkan. Sebagian orang menolak sama sekali dengan alasan bahwa
cara sebagai metode mengajar kurang efisien dan bertentangan dengan cara
manusia belajar. Sebaliknya, sebagian yang mempertahankan berdalih, bahwa
ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan dalam setiap pertemuan di kelas
guru tidak mungkin meninggalkan ceramah walaupun hanya sekedar sebagai kata
pengantar pelajaran atau merupakan uraian singkat di tengah pelajaran.
Alasan Metode-metode diatas cocok digunakan dalam
pembelajaran sejarah adalah karena dalam pembelajaran sejarah, metode utama
yang cocok digunakan adalah metode-metode yang bertemakan pemecahan masalah
(Problem Based Learning). hal ini dikerenakan pembelajaran sejarah merupakan
pembelajaran yang membutuhkan pemehaman terhadap makna dari suatu peristiwa,
sehingga metode yang cocok digunakan haruslah metode yang bisa memancing siswa
untuk memecahkan suatu maslah. dalam pembelajaran sejarah, siswa jangan diberi
tahu tentang suatu peristiwa saja. tetapi siswa haruslah diberi tahu dan
diajarkan tentang makna yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
\