Selasa, 17 Desember 2013

METODE-METODE PEMBELAJARAN YANG COCOK DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH


Metode-metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran sejarah

Dalam suatu pembelajaran, khususnya sejarah sangat dibutuhkan metode pembelajaran yang tidak hanya monoton menekankan pada metode pembelajaran yang hanya itu-itu saja yang dapat mebuat kejenuhan bagi peserta didik. Maka dari itu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat memancing daya kreatif dan keaktifan peserta didik dalam belajar

Metode yang cocok untuk pembelajaran sejarah adalah :
1.      Problem Solving
      Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
      Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful  Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:
      Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

      Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut  Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari  metode pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi dulu  tetapi informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.

Langkah-langkah metode Problem Solving
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap  yaitu
Tahap – Tahap
Kemampuan yang diperlukan
1)      Merumuskan masalah
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
2)      Menelaah masalah
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut
3)      Merumuskan hipotesis
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian
4)      Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel
5)      Pembuktian hipotesis 
Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan
6)      Menentukan pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan

Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002 : 117):
1.      Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
     b)   Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan – perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu rumusan yang paling tepat dipakai oleh semua. 
2.      Mendiagnosis  masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya masalah
3.   Merumuskan Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi
4.   Menentukan dan menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
5.   Mengevaluasi Keberhasilan Strategi
Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?
(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?

      Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1.      Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2.      Menelaah masalah
 Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
      3.      Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.
      4.      Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
      5.      Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.

Kelebihan metode pembelajaran Problem Soving
1.        dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari
2.        dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
3.        dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif
4.        peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
5.        Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
6.        Berpikir dan bertindak kreatif.
7.        Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
8.        Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
9.        Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
10.    Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
11.    Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kekurangan metode pembelajaran Problem Solving
1.      memerlukan cukup banyak waktu
2.      melibatkan lebih banyak orang
3.      dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
4.      dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah
5.      Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
6.      Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
7.      Kesulitan yang mungkin dihadapi

2. Metode Debat
     Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi padaberbagai kondisi, dapat disimpulkan bahwa debat memiliki pengertiansebagai berikut:
a.       Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih,baik secara individual maupun kelompok dalam mendiskusikandan memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melaluivoting atau keputusan juri
b.      Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yangberbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yanglain saling menyerang (opositif).
c.       Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanyakebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain danberkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Olehkarena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
d.      Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yangmengedepankan demokratik
e.       Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikantentang argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkanargumen dari lawan mereka.
Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak (kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan tidak memilih pihak manapun.
Dengan pembelajaran metode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra.

Berikut ini adalah langkah-langkah metode pembelajaran debat:
1.      Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.
2.      Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas.
3.      Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4.      Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5.      Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6.      Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.
Kelebihan metode pembelajaran debat :
1)      Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2)      Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3)      Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat

Kekurangan metode pembelajran debat:
1)      Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.
2)      Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3)      Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
2)      Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
3)      Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
4)      Tema haruslah dapat diperdebatkan.
5)      Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.

3. Metode Group Investigation
Group Investigation merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Metode Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Pengembangan belajar koorperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar disekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut. Oleh karena itu, GI tidak dapat diimplementasikan kedalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya diaolog interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi sosial-afektif pembelajaran). Aspek sosial-afektif kelompok, pertukaran intelektualnya, dan materi yang bermakna, merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaksi dan komunikasi yang bersifat kooperatif diantara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompk belajar kecil.
Kesuksesan implementasi teknik koopertif GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya sekadar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, di mana, atau sejenisnya)
Metode ini lebih menekankan pengembangan kemampuan memecahkan permasalahan dalam suasana yang demokratis dimana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada siswa, tetapi diperoleh melalui proses pemecahan masalah.

Langkah-langkah peleksaan metode Group Investigation :
Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai  berikut.
1.    Guru  membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2.    Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.
3.    Guru  memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil  materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
4.    Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara  kooperatif dalam kelompoknya.
5.    Setelah selesai, masing-masing  kelompok yang diwakili ketua kelompok  atau salah  satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6.    Kelompok lain  dapat memberikan tanggapan  terhadap hasil pembahasannya.
7.    Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila  terjadi kesalahan  konsep dan memberikan kesimpulan.
8.    Evaluasi.
Sedangkan menurut (Kiranawati (2007), Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1  diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Kelebihan Metode Pembelajaran Group Investigation :
Setiawan  mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
1.      Secara Pribadi
·         Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
·         Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
·         Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
·         Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah
2.      Secara Sosial / Kelompok
·         Meningkatkan belajar bekerja sama
·         Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
·         Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
·         Belajar menghargai pendapat orang lain
·         Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

Kekurangan metode pembelajaran Group Investigation :
Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
·      Sulitnya memberikan penilaian secara personal
·       Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI. Model pembelajran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
·       Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. 

4. Metode Course Revie Horay (CRH)
        Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran (dalam Nur Malechah, 2011) Metode pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung berteriak horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan strategi games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa akan berteriak ''horey''.
Pembelajaran Course Review Horay aktifitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitatordanpembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
·   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
·   Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
·   Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab.
·   Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
·   Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).
·   Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya.
·   Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.
·   Kesimpulan.
·   Penutup.
Kelebihan Metode Course Review Horay
1.    Pembelajaran lebih menarik
     Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya.  
2.    Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran
     Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan guru.
3.     Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.
4.     Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan;
     Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran course review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
5.    Adanya komunikasi dua arah
     Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik, dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan siswa.
Kekurangan Metode Coure Review Horay
1.        Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan
      Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
2.        Adanya peluang untuk berlaku curang
      Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan per-kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar.

5. Karya Wisata
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
 Roestiyah (2001) bahwa Karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya.  Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Metode karya wisata ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas. Karya= kerja, wisata= pergi Karyawisata = pergi bekerja.  Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari.

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan pesertadidik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat merangsang kreatifitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi.

Tujuan Metode Karya Wisata, yaitu :

1.  Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya.
2.  Dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya-jawab
3.  Siswa bisa melihat, mendengar, meneliti, dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Dalam pembelajaran sejarah, metode karya wisata ini memliki beberapa tujuan, yaitu :
1.    Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak terhadap pelajaran sejarah.
2.    Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
3.    Menanamkan pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah bangsa melalui study lapangan / study karyawisata, sehingga siswa mampu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
4.    Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran
5.    Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat
Langkah-langkah metode karya wisata :
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a.      Persiapan
Dalam merencanakan tujuan karya wisata, guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusanUntuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke obyek yang dituju. Dalam kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang lokasi, aspek-aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh.

b.      Perencanaan
Hasil kunjungan pendahuluan (survei) dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa.
1)       Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok/seksi.
2)        Menentukan  metode  mengumpulkan  data,  mungkin  berwujud wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi.
3)       Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung.
Kepada  para  siswa  harus  ditanamkan  disiplin  dalam  mentaati  jadwal  yang  telah
direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana.
4)       Mengurus perizinan.
5)   Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan.

c.       Pelaksanaan
Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara. Pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu.

d.      Pembuatan Laporan
Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindak lanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya. Hasil yang diperoleh dan kegiatan karyawisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama.
Kelebihan Metode Karya Wisata :
1.      Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2.      Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
3.      Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
4.      Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka.
5.      Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
6.      Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.
7.      Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Kekurangan Metode Karya Wisata :
1.      Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2.      Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
3.      Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas dari pada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
4.      Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
5.      Biayanya cukup mahal.
6.      Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
7.       Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan.
8.      Terkadang sulit untuk mendapat izin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi.

2.
6. 6. Metode Discovery (Penemuan)
 “Metode pembelajaran Discovery adalah cara untuk menyampaikan ide atau gagasan lewat penemuan” Roestiyah (2001: 20). Belajar merupakan proses mental di mana murid mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud adalah mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan  membuat kesimpulan. Dalam teknik ini murid dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Kata penemuan sebagai model mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh murid, murid menemukan sendiri sesuatu hal yang baru, ini tidak berarti yang ditemukannya benar-benar baru, sebab sudah diketahui orang lain.

Metode penemuan (discovey) merupakan komponen dari suatu bagian praktik pendidikan yang seringkali diterjemahkan sebagai mengajar heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi model-model yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan murid yang lebih besar, berorientasi kepada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. 
 
Dengan demikian, murid lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan maupun tanpa bimbinan guru. Model pembelajaran Discovery merupakan model mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, murid betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam model pembelajaran Discovery adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh murid sendiri.
Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi murid dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap  diperlukan, namun campur tangan terhadap kegiatan murid dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Tujuan Pembelajaran Discovery :
      Tujuan pembelajaran Discovery menurut (Azhar 1991:  99) yaitu:
1) kemampuan berfikir agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar (kritis, analisis dan logis)
2) membina dan mengembangkan sikap ingin lebih tahu
3) mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
 4) mengembangkan sikap, keterampilan kepercayaan murid dalam memutuskan  sesuatu secara tepat dan obyektif.

Sebagai kesimpulan dimana guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas, persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang murid/problematikdan sesuai dengan nalar murid.
Pembelajaran Discovery memungkinkan murid menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional, ini kearah peran guru sebagi pengelola interaksi belajar mengajar kelas, ditandai bahwa model penemuan tidak terlepas dari adanya keterlibatan murid dalam interaksi belajar mengajar.

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1.      identifikasi kebutuhan siswa
2.      seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan
3.      seleksi bahan, problema/ tugas-tugas
4.      membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa
5.      mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan
6.      mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan
7.      memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
8.      membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa
9.      memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah
10.  merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa
11.  membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Sedangkan menurut Syaiful (2003: 197)langkah pembelajaran discovery, yaitu:
1)       Perumusan masalah untuk dipecahkan murid
Perumusan masalah untuk dipecahkan murid merupakan kegiatan belajar yang dilakukan guru  dengan memberikan pertanyaan  yang merangsang berfikir murid mengarah pada persiapan pemecahan masalah
2)       Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis
Yaitu murid menetapkan hipotesis atau praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban)
3)       Murid mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk  menjawab permasalahan/hipotesis.
Secara spontan murid menjelajahi informasi atau data untuk menguji  praduga   baik secara individu ataupun secara kelompok melalui kegiatan.
4)       Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
Menarik kesimpulan yaitu murid menarik kesimpulan jawaban melalui informasi yang diperoleh melalui kegiatan
5)       Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru
Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi merupakan penyajian hasil   kesimpulan jawaban yang diperoleh melalui kegiatan oleh wakil setiap kelompok melalui praktek didepan kelas.

Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery.
Hal ini disebabkan karena metode ini:
(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
(2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa
 (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain
 (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri
(5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

Kelebihan Metode Discovery :
Suryosubroto (2002:  200-201) mengemukakan beberapa kelebihan discovery diantaranya: 
1) Membantu murid mengembangkan memperbanyak kesiapan, serta pengusaan keterampilan dalam proses kognitif pengenalan murid
 2) murid memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh mendalam tertinggal dalam jiwa murid tersebut
3) dapat meningkatkan kegairahan belajar murid
4) teknik ini dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk dapat berkembang dan maju sesuai dengan kemampuanya masing-masing
5) mampu mengarahkan cara murid belajar sehingga memiliki motivasi belajar yang sangat kuat dan giat
6) membantu murid untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri
7) strategi ini lebih berpusat kepada murid tidak pada guru, guru sebagai teman dalam belajar saja atau dengan kata lain guru hanya terlibat sebagai fasilitator dalam pembelajaran membantu apabila diperlukan
8) membantu perkembangkan murid menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Beberapa keunggulan metode penemuan (discovery) juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
  1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
  2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
  3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;
  4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
  5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Kelemahan Metode Discovery :
Menurut Roestiyah (2001: 21) disebutkan pula beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan dalam menerapkan discovery yaitu:
1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini siswa harus berani dan berkeinginan dan mengetahui keadaan sekitar dengan baik
2) Bila kelas terlalu besar penggunaan tehnik ini akan kurang berhasil
3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan
4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingka proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa,
5) Tehnik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir kreatif

Selain kelemahan metode discovery diatas, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan lain, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

7.      Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi merupakan proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi :
Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah - langkah sebagai berikut :

a. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
  • Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus
  • Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
  • Menetapkan masalah yang akan dibahas
  • Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas - petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan
b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah :
  • Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi
  • Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan - aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
  • Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya
  • Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide - idenya
  • Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus
c. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal - hal sebagai berikut :
  • Membuat pokok - pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi
  • Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya
Secara lebih terperinci langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam mempersiapkan penerapan metode diskusi, antara lain:
1.       Para siswa dengan bimbingan guru mempersiapkan alat atau sarana untuk melaksanakan diskusi.
2.       Salah satu teknik penerapan diskusi adalah dengan cara “panel”. Ditunjuk beberapa anak untuk menjadi panelis, memperagakan proses tukar pendapat di depan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terpancing untuk mengemukakan pendapat mereka. dan seterusnya.
3.       Untuk lebih meningkatkan semangat para siswa, topic yang didiskusikan bisa saja ditentukan dengan cara diundi. Sebelum tampil para siswa yang memilih pertanyaan dalam kotak yang sama diminta berdiskusi sesama temannya.
4.       Pada akhir pertemuan guru dibantu para siswa memberi kesimpulan atas jawaban berbagai pertanyaan yang ada. Pada intinya kesimpulan juga mengakomodasi jawaban-jawaban dari siswa yang dianggap benar.
Contoh metode ini adalah siswa melakukan diskusi pembelajaran tentang sejarah, seperti diskusi tentang dinasti sanjaya dan juga dinasti syailendra. Semua siswa bisa ikut berpartisipasi dalam pembelajaran diskusi, semua siswa berhak untuk mengajukan pendapatnya dalam proses diskusi.
Keunggulan metode diskusi
  • Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
  • Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
  • Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
  • Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
  • Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
  • Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
  • Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide - ide.
  • Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
  • Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Kelemahan metode dikusi
  • Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
  • Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
  • Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
  • Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
  • Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
  • Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

8. Metode Ceramah
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal . Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.(Sanjaya,2009) sedangkan (Winarno Surahmad, M.Ed)mengemukakan bahwa ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
Dalam metode ceramah ( lecture method) merupakan sebuah cara pengajaran yang dilakukan oleh guru secara monolog dan hubungan satu arah (one way communication), metode ini dipandang paling efektif dala mengatasi kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya faham siswa. Metode ini sampai sekarang masih sering digunakan. Guru biasanya belum merasa puas jika tidak melakukan ceramah. Seolah-olah jika tidak ada ceramah tidak ada proses pembelajaran.
Langkah-langkah pelaksanaan metode ceramah :
a. Langkah Persiapan
      Persiapan yang dimaksud disini adalah enjelaskan kepada siswa tentang tujuan pelajaran dan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran tersebut. Disamping itu, guru memperbanyak bahan appersepsi untuk membantu mereka memahami pelajaran yang akan disajikan.
b.      Langkah Penyajian
Pada tahap ini guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok masalah.
c.       Langkah Generalisasi
Dalam hal ini unsur yang sama dan berlainan dihimpun untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.
d.       Langkah Aplikasi Penggunan
Pada langkah ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu.
Namun perlu diketahui juga bahwa untuk menggunakan metode ceramah secara murni itu sukar, maka dala pelaksanaannya perlu menaruh perhatian untuk mengkombinasikan dengan teknik-teknik penyajian lain sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan intensif.
 Kelemahan Metode Ceramah

1)   Mudah menjadi verbalisme.
2)   Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
3)   Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
4)   Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
5)   Menyebabkan  siswa pasif
  Kelebihan  Metode Ceramah

1)        Guru mudah menguasai kelas.
2)        Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
3)        Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
4)        Lebih ekonomis dalam hal waktu.
5)        Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
6)        Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
7)        Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
8)        Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan  belajar siswa dalam bidang akademik.
9)        Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
10)    Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
Dalam lingkungan pendidikan modern, ceramah sebagai metode mengajar telah menjadi salah satu persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagian orang menolak sama sekali dengan alasan bahwa cara sebagai metode mengajar kurang efisien dan bertentangan dengan cara manusia belajar. Sebaliknya, sebagian yang mempertahankan berdalih, bahwa ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan dalam setiap pertemuan di kelas guru tidak mungkin meninggalkan ceramah walaupun hanya sekedar sebagai kata pengantar pelajaran atau merupakan uraian singkat di tengah pelajaran.

    Alasan Metode-metode diatas cocok digunakan dalam pembelajaran sejarah adalah karena dalam pembelajaran sejarah, metode utama yang cocok digunakan adalah metode-metode yang bertemakan pemecahan masalah (Problem Based Learning). hal ini dikerenakan pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang membutuhkan pemehaman terhadap makna dari suatu peristiwa, sehingga metode yang cocok digunakan haruslah metode yang bisa memancing siswa untuk memecahkan suatu maslah. dalam pembelajaran sejarah, siswa jangan diberi tahu tentang suatu peristiwa saja. tetapi siswa haruslah diberi tahu dan diajarkan tentang makna yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah. 
   
     






DAFTAR PUSTAKA

\



 


 
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar